Let's exchange and have some discussion in the comment box!
3 Oktober 2017, Saya lulus sidang Tugas Akhir! Senang tentu saja karena saya mendapatkan nilai yang memuaskan, tapi sebenarnya ada perasaan sedihnya. Selain karena teman-teman tidak hadir karena sudah lulus semua, saya merasa performa presentasi saya kurang. Kata “mungkin seperti ini, mungkin seperti itu, mungkin bla bla”, terlalu banyak kata mungkin yang saya gunakan sehingga menurunkan tingkat “kepercayaan diri” saya di mata dosen penguji. Waktu itu dosen berkata “Jangan gunakan kata mungkin, katakan saja yang kamu ketahui apa yang kamu pikirkan tanpa ragu-ragu. Jangan takut salah, itu kan pemikiran kamu dan kalau salah itulah gunanya ada dosen penguji.” Ketika sidang dinyatakan selesai, saya keluar ruangan dan disambut dengan beberapa teman yang hadir. Kami melakukan foto bersama. Iya memang saya tersenyum, tetapi sebenarnya saya kecewa dengan sidang saya. Ingin rasanya meluapkan tetapi tidak bisa karena orang-orang sekitar memasang wajah bahagia melihat saya menyelesaikan sidang. Saya merasa tidak enak merusak suasananya. Seusai sidang, tentu saja Tugas Akhir saya harus direvisi agar benar-benar lebih baik lagi. Setiap hari saya menemui dosen penguji saya. Rasa kecewa saya dengan sidang ternyata masih ada ekornya. Saya kecewa lagi karena hasil revisian yang “tidak” lebih baik. Hanya karena 1 kata di rumusan masalah membuat segalanya rumit. Gagasan awal saya adalah “Bagaimana latar belakang penyimpangan perilaku chemyon dalam industri online game Korea Selatan?”, kemudian diubah menjadi “Bagaimana fase penyimpangan perilaku chemyon dalam industri online game Korea Selatan?”. Hanya 1 kata tetapi sangat mempengaruhi di bagian analisis data dan mengurangi esensi apa yang ingin saya kemukakan. Sebenarnya bisa saja tidak mendapatkan revisi jika saya mampu memberikan argumen, tetapi kala itu saya dihimpit waktu. Dosen penguji akan ke Korea jadi saya harus cepat mendapatkan tanda tangan beliau, waktu untuk mendaftar wisuda juga sudah mepet. Jadi akhirnya saya menuruti apa kata dosen penguji saya yang sebenarnya saya dan dosen pembimbing kurang suka. Dosen pembimbing saya dengan terus terang berkata “kecewa” dengan saya. Beliau kecewa, saya juga lebih kecewa lagi tetapi mau bagaimana lagi. Nasi sudah menjadi bubur.
Selama saya menjadi mahasiswa, saya selalu puas dengan hasil yang saya peroleh. Setiap keputusan yang saya ambil meskipun ada yang mengakibatkan ‘kerugian’, tetapi saya masih merasa puas dengan hasilnya. Baru kali ini, saya kecewa. Kecewa yang membuat saya menyesal bahkan sampai sekarangpun masih terasa. Apabila saya membuka Tugas Akhir dan membacanya lagi, perasaan kecewa itu timbul. Saya tidak tahu bagaimana mengikhlaskannya. “Kecewa seperti pengakuan terhadap diri sendiri bahwa kita kurang mumpuni untuk hal tersebut, dan menunjukkan betapa hal tersebut ingin kita dapatkan”
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorPanggilannya Bella, seorang yang......begitulah Archives
September 2018
Categories
|