Let's exchange and have some discussion in the comment box!
16 Feburari 2017, allhamdulilah saya mendapatkan berita yang sungguh tidak terduga. Bagaimana tidak? Ketika teman-teman saya sudah mendapatkan pengumuman beasiswa, saya masih belum ada kabar sama sekali. Teman saya bahkan memarahi saya kenapa harus memilih universitas yang sama yang telah menolak saya dua kali. Akhirnya, karena penasaran saya mencoba bertanya langsung kepada pihak GNU (Gyeongsang National University) dan benar saja ternyata pihak mereka (Mr. Cho) lupa menginformasikan kepada kami. Allhamdulilah saya diterima! Sungguh saya kaget karena sebelumnya saya tidak berekspektasi akan diterima. Bahkan, sebelumnya saya sudah membuat rencana untuk menjadi backpackper ke Karimun Jawa bersama sahabat saya.
Saya hanya mempunyai waktu seminggu untuk mempersiapkan keberangkatan saya, karena kegiatan belajar akan dimulai pada 1 Maret 2017. Selama seminggu, selain mempersiapkan keberangkatan saya meluangkan waktu untuk pergi bersama teman-teman saya. Meskipun melelahkan, tetapi saya harus. Tahun ini adalah tahun ketiga saya di Sekolah Vokasi UGM, yang artinya saya adalah mahasiswa akhir. Sementara saya exchange ke Korea, teman-teman saya akan mengerjakan Tugas Akhir mereka dan bahkan lulus terlebih dahulu. Ini seperti kesempatan terakhir saya untuk berkumpul dengan formasi lengkap, karena kita tidak tahu rencana kedepan akan seperti apa. Sedih memang harus berpisah dengan mereka, terlebih mereka sudah saya anggap sebagai keluarga saya. Mereka yang membantu saya, menyemangati saya, yah meskipun terkadang saya jengkel juga terhadap mereka.
0 Comments
Jika diperhatikan secara seksama, sebenarnya ambisi dan nafsu memiliki kesamaan. Ambisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya berkeinginan keras untuk mencapai sesuatu, sedangkan nafsu adalah keinginan (kecenderungan, dorongan) hati yang kuat. Kita dapat menganggap, bahwa ambisi dan nafsu adalah keinginan yang keras atau kuat. Seringkali -tanpa disadari- ketika kita terobsesi dengan mengejar suatu hal, kita melupakan tujuan awal. Ketika saya berusaha untuk mengejar impian -mendapatkan beasiswa ke Korea- , saya terlalu terobsesi dengan hal tersebut sampai melupakan apa yang berharga dalam hidup saya. Pada awalnya saya merasa bahwa obsesi yang saya miliki adalah sebuah ambisi yang mampu mengubah kehidupan saya menjadi positif, tetapi semakin lama ambisi tersebut berubah menjadi nafsu. Ambisi yang saya miliki tidaklah selalu berjalan mulus. Saya telah gagal dalam beberapa hal berkali-kali. Gagal mengikuti salah satu program yang diadakan program studi saya (Pasific Asia Society 2015), beasiswa Program S1 di Kyungnam National University, beasiswa NIIED KGSP, exchange student ke Gyeongsang National University dua kali. Kegagalan yang saya alami tentu saja membuat depresi dan frustasi karena dari sekian program yang saya apply belum ada yang berhasil. Tentu saja, depresi dan frustasi wajar kita alami apabila kita merasa sudah melakukan apapun yang kita bisa tetapi ternyata hasilnya belumlah sesuai harapan. Perasaan depresi dan frustasi yang menumpuk -tanpa saya sadari- mengubah ambisi saya menjadi sebuah nafsu. Pernah terpikirkan "apa passion saya?". Jika mengatakan passion saya adalah bermain game yang merupakan hobi saya, sepertinya kurang tepat. Saya hanya menikmati permainan game yang saya mainkan, tetapi saya tidak mendedikasikan diri saya untuk game. Layaknya sebuah kapal yang berlayar, saya tidak memiliki kompas untuk menentukan arah tujuan.
Keputusan paling sulit yang pernah saya ambil adalah menentukan program studi apa yang harus diambil. Kenapa? Karena itu akan berdampak kepada masa depan saya kelak, karir saya, tingkat kebahagiaan saya. Orang tua dan masyarakat cenderung mengarahkan saya untuk mengambil program studi ekonomi (akuntansi, manajemen, dsb) karena saya adalah siswa IPS. Mulanya, saya setuju karena saya tidak memiliki masalah dengan mata pelajaran tersebut dan masih dapat mengikutinya. Akan tetapi, ketika saya pikirkan kembali, sepertinya kehidupan saya hanya akan datar jika mengambil program studi tersebut. Saya mempunyai mimpi untuk mengunjungi negara 4 musim ketika masih kecil, lantas kenapa saya tidak mengambil program studi yang memiliki peluang besar yang akan mengantarkan saya mencapai mimpi saya? Meskipun saya dapat pergi melalui program studi ekonomi, akan tetapi kesempatan yang ditawarkan terlalu kecil mengingat saingan saya pastilah banyak. Selain itu, mengingat saya suka mempelajari bahasa kenapa tidak saya mengambil program studi Bahasa Korea? Saya menikmati dan menyukai budayanya juga kesempatan yang ditawarkan untuk prospek kerja sebenarnya sangatlah bagus. Pada akhirnya, saya mengambil program studi ini. Meskipun pada awalnya orang tua dan bahkan masyarakat melarang atau meragukan saya, saya ambil resiko ini karena saya menyukai Bahasa Korea dan membulatkan tekad untuk memperoleh beasiswa exchange program untuk ke Korea. |
AuthorPanggilannya Bella, seorang yang......begitulah Archives
September 2018
Categories
|