Let's exchange and have some discussion in the comment box!
Jujur saya adalah pribadi acuh tak acuh dan jarang mengutarakan pendapat apabila itu dirasa kurang urgent, tetapi saya dibuat geram dengan isu ketidakadilan karena prasangka gender. Ya, saya belajar ilmu feminisme mungkin baru-baru saja, saya mengetahui istilah itu ketika duduk di bangku perkuliahan berkat teman dekat saya yang mengangkat tema Tugas Akhir mengenai feminisme. Feminisme adalah perjuangan dalam rangka mentransformasikan sistem dan struktur yang tidak adil, menuju sistem yang adil bagi perempuan dan laki-laki. Salah satu tantangan besar bagi para feminis adalah kurangnya kesadaran masyarakat bahwa hak setiap manusia adalah menentukan jalan apa yang dipilihnya. Akan tetapi masyarakat seakan mendikte seorang individu untuk menjadi sosok yang mereka inginkan dan –parahnya- mencela individu yang tidak menjadi sosok sesuai keinginan mereka. Seorang individu –baik perempuan maupun laki-laki- harus berada di bawah tekanan masyarakat,-yang telah menjadi budaya. Salah satu budaya yang dianggap kurang menguntungkan bagi kesetaraan gender adalah budaya patriarki. Budaya patriarki menempatkan posisi sosial kaum laki-laki lebih tinggi daripada kaum perempuan -bukan berarti lelaki tidak mengalami tekanan karena budaya ini. Berdasarkan Komnas Perempuan terjadi 259.150 kasus kekerasan terhadap perempuan sepanjang tahun 2016. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kasus kekerasan terhadap perempuan, diadakan berbagai kampanye salah satunya adalah gerakan internasional “16 Days of Activism” dari tanggal 25 November – 10 Desember. Untuk memperingati gerakan tersebut, saya bermaksud untuk mengungkapkan beberapa 'pengalaman dan opini saya' selama ini –meskipun seharusnya saya tulis satu-persatu supaya lebih terperinci.
0 Comments
|
AuthorPanggilannya Bella, seorang yang......begitulah Archives
September 2018
Categories
|