Let's exchange and have some discussion in the comment box!
Tahun ini merupakan tahun yang sungguh luar biasa! Banyak kejadian yang memberikan suka dan duka, yang tentunya sangat memberikan kesan. Bagi saya, di tahun ini hubungan antara teman, keluarga, dan diri saya sendiri sangatlah erat. Saya tidak dapat menggambarkannya, tetapi hubungan itu membuat tahun ini terasa spesial. 2017 diawali dengan liburan -pernikahan kakak sepupu- di Cilacap, saya menghabiskan waktu bersama keluarga. Keluarga saya sangatlah jarang menghabiskan waktu bersama di luar jadi ini adalah momen yang sangat saya nantikan dan karena itu saya rela membatalkan agenda tahun baru saya dengan teman-teman. Akhirnya saya meminta maaf kepada mereka karena tidak dapat meluangkan waktu untuk acara tahun baru di tahun ke-3 dan tahun terakhir kami kuliah. Terkadang kita harus mengorbankan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lainnya. Juga, diri saya waktu itu berkata kapan lagi saya bisa menghabiskan waktu bersama keluarga saya? Siapa tahu, beasiswa yang saya ikuti lolos dan membawa saya jauh dari keluarga. Liburan di Cilacap sungguh singkat karena setelahnya saya harus kembali ke Jogja. Kembali bekerja, sebagai ketua dari program magang kami -Jeonju Volunteering Service- yang diadakan di Desa Patuk, Gunung Kidul. Bisa dikatakan ini adalah salah satu pencapaian terbesar saya karena dipercayai Program Studi saya untuk mengetuai sebuah acara yang berhubungan dengan pihak Korea. Saya senang sekaligus takut karena selama beberapa bulan tidak mempraktikan bahasa Korea lagi. Tetapi, saya harus melakukan apa yang harus dilakukan -kewajiban. Saya melihatnya sebagai sebuah tantangan untuk mengasah mental saya. Benar saja, kegiatan magang saya menguras tenaga dan mental saya. Bisa dikatakan kegiatan selama 12 hari setara dengan akumulasi persiapan acara yang pernah saya pegang yang harus dipersiapkan berbulan-bulan. Bahkan di acara penutupan saya menangis haru ketika dipeluk oleh ketua acara dari pihak Korea sambil membisikkan "kamu telah bekerja keras, good job!". Saya tidak akan melupakan sensasi saat itu. Saat dimana mental dan fisik terus menerus ditekan selama 12 hari, dan harus menemukan celah untuk menikmatinya. Saya ucapkan terimakasih kepada rekan-rekan magang saya, rekan tim Olahraga dari Korea, para dosen dan semua pihak yang terlibat. Saya mendapatkan banyak pelajaran dari program magang tersebut. Terapi relaksasi yang bagus dan cocok untuk melepas stress adalah teman, -bagi saya. Setelah menyelesaikan program itu, saya dan teman-teman masih merasa mengikuti aktivitas-aktivitas program tersebut. Ya, kami merindukannya di tengah kegabutan kami selama beristirahat untuk memulihkan diri. Tetapi sepertinya saya memang tidak dapat berdiam diri, saya langsung mengerjakan Tugas Akhir dan berkonsultasi dengan pembimbing saya. Saya memilih tema dari bidang yang saya sukai. Korean Studies, berjudul "Penyimpangan Chemyon dalam Industri Online Game di Korea Selatan" yang meneliti kasus dunia maya dan keterkaitannya dengan chemyon (pencitraan: salah satu nilai Konfusianisme) dalam masyarakat Korea Selatan sebagai akibat perubahan sosial. Saya berpikir saya mungkin bisa lulus bulan Mei tetapi saya dibuat ragu karena jika saya lulus bulan Mei maka saya tidak dapat merayakan wisuda bersama dengan teman-teman saya. Ditengah keraguan saya, pengumuman beasiswa pertukaran pelajar 1 semester di Gyeongsang National University datang. Saya diterima. Allhamdulilah. Saya tidak dapat mengekspresikannya. Setelah sekian lama dan sekian kali mencoba akhirnya saya lolos seleksi. Hardwork never betrays none.
Selama di Korea, saya bertemu dan berteman dengan orang-orang luar biasa. Saya menjalin hubungan paling erat dengan mas mbak calon Professor dari Indonesia dan juga Holi Family. Saya merasakan musim semi dan melihat sakura di sana. Musim semi, musim dimana katanya banyak orang jatuh cinta termasuk saya. Saya tidak dapat mengelak dan saya mengakui saya jatuh hati dengan seorang lelaki yang berbeda kebangsaan. Saya mengagumi sifat supel, ketaatannya, penempatannya dalam situasi, pemecahan masalah, dan yang paling membuat saya kagum adalah dedikasinya untuk keluarganya. Ketika saya menyatakan ketertarikan saya kepadanya, banyak mengatakan saya gila. Saya hanya berpikir, apa salahnya? Saya tidak menuntutnya karena saya jatuh hati karena pesonanya. Ini adalah perasaan saya sendiri, saya hanya ingin mengekspresikannya dan saya yakin dia paham. Darinya saya belajar banyak hal dari apa yang saya ingin kuasai, sifat supel dan kasih sayang. Selain itu, saya merasakan hal yang tidak saya rasakan sebelumnya. Saya adalah tipe orang yang suka dengan aksi dibandingkan kata. Ketika handphone saya hilang, dia tidak hanya menghibur dengan kata tetapi juga dengan tindakan. Terimakasih. Tidak hanya dia, tetapi semua mas mbak dari Indonesia dan Holi Family. 4 bulan hidup di Korea, akhirnya bulan Juni saya kembali ke Indonesia. Ketika sudah berada di Indonesia masih terasa bagaimana menyenangkannya menjalani hidup di Korea dan saya langsung merindukan teman-teman disana. Saya tidak menghabiskan banyak waktu di rumah dan langsung kembali ke Jogja untuk mengerjakan Tugas Akhir saya. Selain itu, saya ingin menghabiskan waktu bersama teman-teman yang sebentar lagi meninggalkan Jogja karena lulus. Sedih memang rasanya ketika mereka sudah pergi, kehidupan saya di Jogja berasa monoton. Hanya di kos mengerjakan Tugas Akhir dan ke kampus untuk bimbingan. Kemudian tiba-tiba datang tawaran untuk mengajar kelas tambahan. Berawal dari situ, kehidupan saya di Jogja mulai lebih berwarna karena saya berinteraksi dengan adik-adik tingkat. Memang interaksi dengan orang lain itu seperti spektrum warna. Karena seringnya interaksi dengan mereka kita menjadi lebih dekat. Bahkan mereka hadir saat saya menjalani sidang Tugas Akhir. Terimakasih. 22 November 2017, hari kelulusan saya. Tidak banyak yang datang tentunya, tetapi ada satu orang yang hadir yang membuat saya sendiri terharu. Teman SMA saya Yenni. Kami jarang sekali berkomunikasi sesudah lulus, tetapi ketika saya akan wisuda tiba-tiba mengucapkan selamat dan bergurau lalu mengatakan akan hadir membawakan hadiah yang saya juga tidak menyangka. Terimakasih. Kalau dari keluarga hanya Ibu saja yang datang. Bapak saya sakit parah kala itu padahal beliau ingin sekali hadir. Kalau mengingat Bapak saya yang sakit saya sedih. Bapak saya ternyata sudah sakit sejak Desember tahun 2016 lalu tetapi menahannya, ketika saya di Korea saya baru mengetahuinya itupun karena saya memaksa Ibu untuk memberitahu saya. Kembali lagi ke cerita di paragraf sebelumnya. Saya hanya singkat menghabiskan waktu di rumah, selain untuk mengerjakan Tugas Akhir juga karena tidak tega melihat kondisi fisik beliau. Saya kabur dari rumah. Mungkin itu ungkapan yang tepat. Saudara seperti paman bertanya "dulu waktu kamu di Korea, Bapakmu masuk rumah sakit 2x, masuk UGD juga tetapi orangtuamu bilang jangan bahas di grup keluarga ataupun ngasih tahu kamu." Mendengar itu tentu membuat hati sesak. Saya menjalani hidup di Korea dengan bahagia tanpa mengetahui bahwa Bapak saya sakit. Saya bukan orang yang pandai dan mudah mengekspresikan suatu hal, terutama kesedihan. Saya lebih sering memendammnya dan hal ini berpengaruh dengan kesehatan dan akhirnya saya masuk rumah sakit. Jadi saya berusaha mengalihkan pikiran sedih menjadi Tugas Akhir. Teman saya juga berkata "tidak ada gunanya larut dalam kesedihan, kamu sekarang memang belum bisa berkontribusi untuk keluarga, belum bisa memberikan solusi tetapi kamu harus berjuang sehingga nantinya kamu bisa berkontribusi dan membantu keluarga". Dari situ saya bertekad untuk mencurahkan segalanya untuk keluarga dan allhamdulilah setelah lulus saya langsung mendapatkan pekerjaan. Mungkin itu adalah ringkasan perjalanan saya selama setahun di tahun 2017. Semoga di tahun 2018 saya dan orang sekitar saya dapat menjalaninya dengan kebahagiaan dan semangat.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorPanggilannya Bella, seorang yang......begitulah Archives
September 2018
Categories
|